Friday, April 26, 2013

COLEOPTERA

BAB II
Tinjauan Pustaka
Filum Arthropoda
Fauzi (2012), menyatakan bahwa Arthropoda (arthros = sendi atau ruas dan podos = kaki) adalah hewan yang memiliki kaki bersendi/beruas-ruas. Arthropoda merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Jumlah spesiesnya lebih banyak dari filum-filum lainnya. Arthropoda dapat ditemukan di berbagai habitat, antara lain di air, di darat, di dalam tanah dan ada juga yang hidup sebagai parasit pada hewan dan tumbuh-tumbuhan.
 Arthropoda termasuk hewan triploblastik, selomata (tubuh dan kaki beruas-ruas) dan bilateral simetris. Tubuhnya terdiri atas kepala, dada, dan abdomen yang keseluruhannya dibungkus oleh zat kitin dan merupakan kerangka luar (eksoskeleton). Biasanya diantara ruas-ruas terdapat bagian yang tidak berkitin sehingga ruas-ruas tersebut mudah digerakkan. Pada waktu tertentu kulit dan tubuh arthropoda dapat mengalami pergantian kulit
Ciri-ciri umum dari filum ini adalah :
1.        Mempunyai appendage yang beruas
2.        Tubuhnya simetri bilateral yang terdiri atas sejumlah ruas-ruas.
3.        Tubuh dibungkus oleh zat kitin, sehingga merupakan exoskeleton (rangka luar)
4.        Biasanya ruas-ruas terdapat pada bagian yang tidak berkitin, sehingga ruas-ruas tersebut mudah digerakkan.
5.        Sistem syaraf tangga tali
6.        Coelom pada hewan dewasa adalah kecil dan merupakan suatu rongga  berisi darah dan disebut haemocoel.
Verma  (2002), menyatakan bahwa filum Arthropoda dibagi menjadi 5 kelas secara garis besar yaitu :
1.    Kelas Crustacea.
Sebagian besar Crustacea hidup di aquatis dan benapas dengan insang. Exoskeleton keras, terdiri dari kitin yang berlendir, memiliki sepasang antena. Alat-alat tambahan bersifat tipikal biramus ( bercabang dua). Kepala terbentuk sebagai persatuan segmen-segmen, kadang-kadang bersatu membentuk sefralothorax.
2.    Kelas Onychopora.
Onychopora biasanya ditemukan di celah-celah bebatuan, di bawah atau di dalam lapisan kulit pohon, di bebatuan atau beberapa diantaranya dapat ditemukan banyak di daerah tropis, pada kepalanya terdapat tiga pasang appendage, satu pasang untuk antenna, sepasang lagi untuk rahang, dan sepasangnya lagi untuk mata sederhana. Mempunyai kelenjer yang dapat menghasilkan kotoran. Respirasinya menggunakan trachea, system pencernaannya menggunakan nephridia, organ reproduksinya terpisah. Onychopora merupakan penghubung antara Annelida dengan Arthropoda.
3.    Kelas Myriapoda.
Myriapoda merupakan hewan teresterial, karnivora dan aktif makan hewan lain. Tubuhnya pipih dorsoventral dan segmentasi sangat jelas. Pada tiap segmen tubuh terdapat sepasang kaki yang terletak lateral. Ada sepasang antena yang panjang dan mata yang masing-masing terdiri dari banyak oselli. Pada segmentasi tubuh pertama terdapat gigi-gigi beracun. Respirasi dengan trakea.
4.    Kelas Insecta.
Insekta merupakan hewan darat, sebagian kecil ada di air tawar dan sangat jarang hidup di laut, ukuran tubuhnya bervariasi dari ukuran yang mikroskopis sampai belasan cm panjangnya. Tubuh secara jelas dibagi menjadi kepala, dada (thorax), dan perut (abdomen). Abdomen terdiri dari 6-11 segmen. Dada terdiri dari 3 segmen dan biasanya terdapat 3 pasang kaki dan atau sepasang sayap (sayap dua dan 3). Ada sepasang antena, biasanya dengan dua mata majemuk (compound eyes) dan 3 oselli.
5.    Kelas Arachnida.
Hanya beberapa jenis Arachnida yang hidup di air, umumnya hidup di daratan dan berukuran mikroskopis sampai beberapa cm panjangnya. Tubuhnya dibagi menjadi sefalothorax dan abdomen. Pada sefalothorax terdapat 6 pada alat tambahan. Sepasang pertama dengan rahang, sepasang kedua biasanya dengan alat perasa untuk menangkap mangsa, dan empat pasang berikutnya dengan alat untuk berjalan. Pada Arachnida tidak terdapat antena. Jumlah mata bervariasi, biasanya dengan 8 mata sederhana. Pernapasan dengan paru buku atau trakea atau keduanya, atau tidak ada organ pernapasan khusus.
              Classis Insecta
Anonim (2009), manyatakan bahwa Serangga (disebut pula Insecta, dibaca “insekta”) adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti “berkaki enam”). Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali di lautan. Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi. Lebih dari 800.000 spesiesinsekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang(Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera).

    Ordo Coleoptera
Mukayat (1989), menyatakan bahwa Coleoptera berasal dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, berarti insekta bersayap perisai. Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain.
Ordo Coleoptera di Indonesia dinamakan kumbang. Kumbang adalah salah satu binatang yang memiliki penampilan seperti kebanyakan spesies serangga. Empat puluh persen dari seluruh spesies serangga adalah kumbang (sekitar 350,000 spesies), dan spesies baru masih sering ditemukan. Perkiraan memperkirkan total jumlah spesies, yang diuraikan dan tidak diuraikan, antara 5 dan 8 juta.
    Habitat Coleoptera
Kumbang dapat ditemukan hampir di semua habitat, namun tidak diketahui terjadi di lautan atau di daerah kutub. Interaksi mereka dengan ekosistem mereka dilakukan dengan berbagai cara. Mereka sering makan tumbuhan dan jamur, merusak pertahanan binatang dan tumbuhan, dan memangsa invertebrata lain. Beberapa spesies dimangsa berbagai binatang seperti burung dan mamalia. Jenis tertentu merupakan hama agrikultur, seperti Kumbang kentang Colorado Leptinotarsa decemlineata, Kumbang tanaman kapas Anthonomus grandis, kumbang tepung merah Tribolium castaneum, dan kumbang mungbean atau cowpea Callosobruchus maculatus, spesies kumbang lainnya adalah kotrol penting hama agrikultur. Seperti contoh, coccinellidae ("ladybirds" atau "kumbang tutul") yang mengkonsumsi aphid, hama pohon, thrips, dan serangga penghisap tanaman lainnya yang menyebabkan kerusakan panen tanaman.
      Ciri-ciri Coleoptera
Hadi (2009), menyatakan bahwa Ordo Coleoptera memiliki cirri-ciri yaitu :
1.      Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan tebal dan permukaan luarnya halus yang mengandung zat tanduk sehingga disebut elytra, sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput.
2.      Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan.
3.      Mengalami metamorfosis sempurna.
4.      Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong (pupa) —> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera.
5.      Tipe mulut menggigit. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.
      Perkembangbiakan
Borror (1992), menyatakan bahwa sebagian dari ordo ini biasanya berkembangbiak pada tumpukan bahan organik yang sedang mengalami proses pembusukan, yang banyak dijumpai pada kedua areal tersebut. Kumbang dewasa akan menggerek pucuk kelapa sawit. Gerekan tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan jika sampai merusak titik tumbuh akan dapat
mematikan tanaman. Pada areal peremajaan kelapa sawit, serangan kumbang tanduk dapat mengakibatkan tertundanya masa produksi kelapa sawit sampai satu tahun dan tanaman yang mati dapat mencapai 25%. Akhir-akhir ini, serangan kumbang tanduk juga dilaporkan terjadi pada tanaman kelapa sawit tua  sebagai akibat aplikasi mulsa tandan kosong sawit (TKS) yang tidak tepat (lebih dari satu lapis). Serangan hama tersebut menyebabkan tanaman kelapa sawit tua, menurun produksinya dan dapat mengalami kematian.
Menurut jasin (1992), menyatakan bahwa ordo Coleoptera, family Chrysomelidae merupakan hama. Siklus hidup dari family ini dimulai dari telur berbentuk pipih jorong, panjang 1,4 mm dan lebar 0,5 mm. Kepala berwarna kuning agak kecokelatan, dan mempunyai antena berwarna hitam. Seekor betina bertelur sebanyak ± 120 butir. Biasanya bekas gerekan berbaris 2-4 butir dan dibungkus dengan kotoran bekas kunyahannya. Stadium telur lamanya 4 hari. Larva berbentuk pipih, panjangnya 8-10 mm, berwarna kuning. Sisi badan berbulu pendek dan ekornya berkait seperti huruf U. Memiliki 4 sampai 6 instar. Larva dewasa panjangnya 10-12 mm, sisi badan berbulu pendek dan berwarna kekuningan. Stadium larva rata-rata selama satu bulan. Larva yang akan menjadi pupa melekatkan tubuhnya pada daun yang ada didekatnya. Biasnya larva merusak daun yang masih lunak dengan cara mengggereknya dibagian bawah Pupa berbentuk pipih, panjangnya 9-10 mm, lebar 2 mm, warna kuning. perkembangan masa pupa 4-7 hari . Kumbang dewasa bentuknya pipih, berukuran panjang 10 mm, lebar 2 mm, kepalanya berwarna kuning-coklat. Antenanya hitam, sedangkan thoraksnya berwarna kuning. Kumbang dewasa (dan juga larvanya) sangat takut akan cahaya. Karena itu hama ini bergerak aktif pada malam hari. Perkembangbiakan paling cepat biasanya pada musim kemarau elytra bagian atas berwarna kekuningan dan bagian bawah berwarna hitam dengan panjang 7 – 8 mm. Pada bagian elytra memiliki bercak yang sejajar.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009. http://tegmina.wordpress.com/2011/03/09/morfologi-serangga/ (Diakses pada senin 10 desember 2012, pukul 12.45 WIB).
Borror. 1992.  Pengenalan Pelajaran Serangga.  Edisi keenam. Yogyakarta.  Gajah Mada University Press.
Djarubito Mukayat. Zoologi Dasar. Erlangga : Jakarta. 1989.
Fauzi,H.2012.Kelimpahan Artophoda di Indonesia Dengan Metode Beating. http://fauzihamzahmuhamad.blogspot.com/2012/01/kelimpahan-artophoda-metode-beating.html. (Diakses pada hari senin, 10 Desember 2012, pukul 10.30 WIB).
Hadi, M.(2009).Biologi Insect: Etimologi. Yogyakarta: graham ilmu.
Jasin Maskoeri. Zoologi Invertebrata. Sinar Wijaya : Surabaya. 1992.
Verma, P. S. 2002. A Manual of Practical Zoology Invertebrates. New Delhi: S. CHAND & COMPANY LTD.

No comments:

Post a Comment