BAB
II
Tinjauan
Pustaka
Filum
Arthropoda
Fauzi (2012), menyatakan bahwa Arthropoda (arthros = sendi atau ruas dan
podos = kaki) adalah hewan yang memiliki kaki bersendi/beruas-ruas. Arthropoda
merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Jumlah spesiesnya lebih banyak
dari filum-filum lainnya. Arthropoda dapat ditemukan di berbagai habitat,
antara lain di air, di darat, di dalam tanah dan ada juga yang hidup sebagai
parasit pada hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Arthropoda termasuk hewan triploblastik, selomata (tubuh dan kaki beruas-ruas) dan bilateral
simetris. Tubuhnya terdiri atas kepala, dada, dan abdomen yang keseluruhannya
dibungkus oleh zat kitin dan merupakan kerangka luar (eksoskeleton). Biasanya
diantara ruas-ruas terdapat bagian yang tidak berkitin sehingga ruas-ruas
tersebut mudah digerakkan. Pada waktu tertentu kulit dan tubuh arthropoda dapat
mengalami pergantian kulit
Ciri-ciri umum dari filum ini adalah :
1.
Mempunyai
appendage yang beruas
2.
Tubuhnya
simetri bilateral yang terdiri atas sejumlah ruas-ruas.
3.
Tubuh
dibungkus oleh zat kitin, sehingga merupakan exoskeleton (rangka luar)
4.
Biasanya
ruas-ruas terdapat pada bagian yang tidak berkitin, sehingga ruas-ruas tersebut
mudah digerakkan.
5.
Sistem
syaraf tangga tali
6.
Coelom
pada hewan dewasa adalah kecil dan merupakan suatu rongga berisi darah dan disebut haemocoel.
1. Kelas Crustacea.
Sebagian besar
Crustacea hidup di aquatis dan benapas dengan insang. Exoskeleton keras,
terdiri dari kitin yang berlendir, memiliki sepasang antena. Alat-alat tambahan
bersifat tipikal biramus ( bercabang dua). Kepala terbentuk sebagai persatuan
segmen-segmen, kadang-kadang bersatu membentuk sefralothorax.
2. Kelas Onychopora.
Onychopora biasanya ditemukan di celah-celah
bebatuan, di bawah atau di dalam lapisan kulit pohon, di bebatuan atau beberapa
diantaranya dapat ditemukan banyak di daerah tropis, pada kepalanya terdapat
tiga pasang appendage, satu pasang untuk antenna, sepasang lagi untuk rahang,
dan sepasangnya lagi untuk mata sederhana. Mempunyai kelenjer yang dapat
menghasilkan kotoran. Respirasinya menggunakan trachea, system pencernaannya
menggunakan nephridia, organ reproduksinya terpisah. Onychopora merupakan
penghubung antara Annelida dengan Arthropoda.
3. Kelas Myriapoda.
Myriapoda merupakan hewan teresterial,
karnivora dan aktif makan hewan lain. Tubuhnya pipih dorsoventral dan
segmentasi sangat jelas. Pada tiap segmen tubuh terdapat sepasang kaki yang
terletak lateral. Ada sepasang antena yang panjang dan mata yang masing-masing
terdiri dari banyak oselli. Pada segmentasi tubuh pertama terdapat gigi-gigi
beracun. Respirasi dengan trakea.
4. Kelas Insecta.
Insekta merupakan hewan darat, sebagian kecil
ada di air tawar dan sangat jarang hidup di laut, ukuran tubuhnya bervariasi
dari ukuran yang mikroskopis sampai belasan cm panjangnya. Tubuh secara jelas
dibagi menjadi kepala, dada (thorax), dan perut (abdomen). Abdomen terdiri dari
6-11 segmen. Dada terdiri dari 3 segmen dan biasanya terdapat 3 pasang kaki dan
atau sepasang sayap (sayap dua dan 3). Ada sepasang antena, biasanya dengan dua
mata majemuk (compound eyes) dan 3 oselli.
5. Kelas Arachnida.
Hanya beberapa jenis Arachnida yang hidup di
air, umumnya hidup di daratan dan berukuran mikroskopis sampai beberapa cm
panjangnya. Tubuhnya dibagi menjadi sefalothorax dan abdomen. Pada sefalothorax
terdapat 6 pada alat tambahan. Sepasang pertama dengan rahang, sepasang kedua
biasanya dengan alat perasa untuk menangkap mangsa, dan empat pasang berikutnya
dengan alat untuk berjalan. Pada Arachnida tidak terdapat antena. Jumlah mata
bervariasi, biasanya dengan 8 mata sederhana. Pernapasan dengan paru buku atau
trakea atau keduanya, atau tidak ada organ pernapasan khusus.
Classis
Insecta
Ordo
Coleoptera
Mukayat
(1989), menyatakan bahwa Coleoptera
berasal dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, berarti insekta
bersayap perisai. Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman,
namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain.
Ordo Coleoptera di Indonesia dinamakan kumbang. Kumbang adalah salah satu
binatang yang memiliki penampilan seperti kebanyakan spesies serangga. Empat puluh persen dari seluruh spesies serangga adalah kumbang (sekitar
350,000 spesies), dan spesies baru masih sering ditemukan. Perkiraan
memperkirkan total jumlah spesies, yang diuraikan dan tidak diuraikan, antara 5
dan 8 juta.
Habitat
Coleoptera
Kumbang dapat ditemukan hampir di semua habitat, namun tidak diketahui
terjadi di lautan atau di daerah kutub. Interaksi mereka dengan ekosistem
mereka dilakukan dengan berbagai cara. Mereka sering makan tumbuhan dan jamur,
merusak pertahanan binatang dan tumbuhan, dan memangsa invertebrata lain.
Beberapa spesies dimangsa berbagai binatang seperti burung dan mamalia. Jenis
tertentu merupakan hama agrikultur, seperti Kumbang kentang Colorado Leptinotarsa
decemlineata, Kumbang tanaman kapas Anthonomus grandis, kumbang
tepung merah Tribolium castaneum, dan kumbang mungbean atau cowpea Callosobruchus
maculatus, spesies kumbang lainnya adalah kotrol penting hama agrikultur.
Seperti contoh, coccinellidae ("ladybirds" atau "kumbang
tutul") yang mengkonsumsi aphid, hama pohon, thrips, dan serangga
penghisap tanaman lainnya yang menyebabkan kerusakan panen tanaman.
Ciri-ciri Coleoptera
Hadi (2009),
menyatakan bahwa Ordo Coleoptera memiliki
cirri-ciri yaitu :
1.
Memiliki dua
pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan tebal dan
permukaan luarnya halus yang mengandung zat tanduk sehingga disebut elytra,
sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput.
2.
Apabila
istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di
tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang
istirahat melipat di bawah sayap depan.
3.
Mengalami
metamorfosis sempurna.
4.
Metamorfose
bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur
—> larva —> kepompong (pupa) —> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki
kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda).
Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera.
5.
Tipe mulut
menggigit. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang
dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat
mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.
Perkembangbiakan
Borror
(1992), menyatakan
bahwa sebagian dari ordo ini biasanya berkembangbiak pada tumpukan bahan
organik yang sedang mengalami proses pembusukan, yang banyak dijumpai pada
kedua areal tersebut. Kumbang dewasa akan menggerek pucuk kelapa sawit. Gerekan
tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan jika sampai merusak titik tumbuh akan
dapat
mematikan
tanaman. Pada areal peremajaan kelapa sawit, serangan kumbang tanduk dapat
mengakibatkan tertundanya masa produksi kelapa sawit sampai satu tahun dan
tanaman yang mati dapat mencapai 25%. Akhir-akhir ini, serangan kumbang tanduk
juga dilaporkan terjadi pada tanaman kelapa sawit tua sebagai akibat aplikasi mulsa tandan kosong
sawit (TKS) yang tidak tepat (lebih dari satu lapis). Serangan hama tersebut
menyebabkan tanaman kelapa sawit tua, menurun produksinya dan dapat mengalami
kematian.
Menurut jasin (1992), menyatakan bahwa ordo Coleoptera, family
Chrysomelidae merupakan hama. Siklus hidup dari family ini dimulai dari telur
berbentuk pipih jorong, panjang 1,4 mm dan lebar 0,5 mm. Kepala berwarna kuning
agak kecokelatan, dan mempunyai antena berwarna hitam. Seekor betina bertelur
sebanyak ± 120 butir. Biasanya bekas gerekan berbaris 2-4 butir dan dibungkus
dengan kotoran bekas kunyahannya. Stadium telur lamanya 4 hari. Larva berbentuk
pipih, panjangnya 8-10 mm, berwarna kuning. Sisi badan berbulu pendek dan
ekornya berkait seperti huruf U. Memiliki 4 sampai 6 instar. Larva dewasa
panjangnya 10-12 mm, sisi badan berbulu pendek dan berwarna kekuningan. Stadium
larva rata-rata selama satu bulan. Larva yang akan menjadi pupa melekatkan
tubuhnya pada daun yang ada didekatnya. Biasnya larva merusak daun yang masih
lunak dengan cara mengggereknya dibagian bawah Pupa berbentuk pipih, panjangnya
9-10 mm, lebar 2 mm, warna kuning. perkembangan masa pupa 4-7 hari . Kumbang
dewasa bentuknya pipih, berukuran panjang 10 mm, lebar 2 mm, kepalanya berwarna
kuning-coklat. Antenanya hitam, sedangkan thoraksnya berwarna kuning. Kumbang
dewasa (dan juga larvanya) sangat takut akan cahaya. Karena itu hama ini
bergerak aktif pada malam hari. Perkembangbiakan paling cepat biasanya pada
musim kemarau elytra bagian atas berwarna kekuningan dan bagian bawah berwarna
hitam dengan panjang 7 – 8 mm. Pada bagian elytra memiliki bercak yang sejajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.2009. http://tegmina.wordpress.com/2011/03/09/morfologi-serangga/
(Diakses pada senin 10 desember 2012, pukul 12.45 WIB).
Borror. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi keenam. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Djarubito Mukayat. Zoologi Dasar.
Erlangga : Jakarta. 1989.
Fauzi,H.2012.Kelimpahan Artophoda di Indonesia Dengan Metode
Beating. http://fauzihamzahmuhamad.blogspot.com/2012/01/kelimpahan-artophoda-metode-beating.html.
(Diakses pada hari senin, 10 Desember 2012, pukul 10.30 WIB).
Hadi, M.(2009).Biologi Insect: Etimologi. Yogyakarta: graham ilmu.
Jasin Maskoeri. Zoologi
Invertebrata. Sinar Wijaya : Surabaya. 1992.
Verma, P. S. 2002. A Manual of Practical Zoology Invertebrates.
New Delhi: S. CHAND & COMPANY LTD.